Kamis, 28 November 2013

5 Cara Membersihkan Tenda

5 Cara Membersihkan Tenda - Camping adalah kegiatan yang menyenangkan di luar ruangan untuk Anda dan keluarga Anda untuk menikmati. Tenda adalah satu-satunya tempat Anda biasanya tidur.


Sesekali tenda kotor dan perlu dibersihkan. Berikut adalah beberapa 5 tips untuk membersihkan tenda :

1. Hapus semua kotoran. Hal ini termasuk daun, tanah, dll. Pastikan tenda dikosongkan sebelum melakukan pembersihan apapun.

2. Bersihkan bagian bawah dengan air jernih . Gosok dengan kain basah atau sikat lembut yang akan Anda gunakan untuk mencuci mobil .

3. Cuci tenda di bak mandi . Jika tenda cukup kecil , Anda dapat selalu mencucinya di bak mandi . Jangan pernah menggunakan deterjen , gunakan Nikwax Tek atau produk non - deterjen yang dijual di toko-toko berkemah.

4. Bilas. Pastikan Anda membilasnya secara menyeluruh karena tenda kadang-kadang mengumpulkan air sabun yang sulit untuk disingkirkan.

5. Keringkan tenda . Pasang tenda di halaman rumah atau ruang bawah tanah dan biarkan kering . Tenda dapat memakan waktu cukup lama untuk dapat kering.

Berikut video cara membersihkan tenda


Minggu, 24 November 2013

4 Tenda Besar Di Negeri Panda

NANCHANG, KOMPAS.com - Pertengahan November mulai memperlihatkan tanda-tanda akhir musim gugur di China. Suhu udara mulai turun pada kisaran 15 derajat Celcius, cukup dingin bagi orang Indonesia yang biasa dimanjakan iklim tropis yang serba hangat. Namun, dinginnya udara itu tak menghalangi aktivitas sekelompok mahasiswa Indonesia di kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, yang terletak di bagian tenggara Republik Rakyat China.

Sabtu (16/11/2013), puluhan mahasiswa Indonesia berkumpul di kampus Nanchang University, menggelar sebuah acara bertajuk Indonesian Food Festival (IFF). Kurang lebih satu bulan, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok cabang Nanchang mempersiapkan perhelatan pertama di Kota Nanchang tersebut. Meski mengangkat tema kuliner, IFF tidak melulu menyajikan hidangan khas Indonesia, tapi juga beragam atraksi kesenian Indonesia.

“Acara ini digelar untuk lebih memperkenalkan Indonesia terhadap masyarakat internasional, khususnya yang berada di Kota Nanchang,” kata Ketua Panitia IFF, Boihaqi.

Ternyata, IFF memang mendapat sambutan sangat antusias. Acara dimulai pukul 15.00 waktu setempat dengan pemotongan tumpeng oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri sebagai perwakilan PPI Tiongkok, yang disambut dengan tetabuhan rebana oleh mahasiswa Indonesia di Nanchang University. Hal itu sekaligus menandai dimulainya acara IFF yang diselenggarakan di pusat keramaian lapangan kantin 1 Universitas Nanchang itu.

Tak berselang lama setelah pembukaan, ragam masakan Indonesia yang dijajakan dalam 4 tenda besar pun langsung diserbu para pengunjung, membuat panitia kelabakan. Dan memang, selama 2 jam acara, ragam masakan Indonesia itu ludes tanpa sisa. Kursi yang disediakan panitia untuk menyaksikan atraksi kesenian pun tak mampu menampung ratusan pengunjung yang hadir, sehingga mereka berdiri mengitari panggung.

Para pengunjung tampak antusias menikmati nasi kuning, pecel, soto ayam lamongan, mau pun rujak dan berbagai jajanan pasar seperti kue klepon, nagasari, lemper, pisang goreng, pallu butung dan lain lain yang disediakan panitia. Masing-masing masakan itu dijual dalam paket-paket kecil seharga 5 yuan, atau kurang lebih Rp 9.500 setiap paketnya. Sementara di atas panggung berbagai atraksi kesenian diperagakan secara rancak oleh para performer.

Semua masakan tersebut dibuat sendiri oleh mahasiswa Indonesia di Nanchang University dan sebagian bumbu-bumbunya dibawa langsung dari Indonesia karena beberapa bumbu tidak bisa ditemukan di China.

Yang tak kalah menarik, penampil acara kesenian bukan hanya para mahasiswa Indonesia, tapi juga para mahasiswa China. Salah satunya, pertunjukan angklung yang ditampilkan oleh 16 orang mahasiswa China yang semuanya mengenakan pakaian batik. “Mereka khusus berlatih angklung selama 1 bulan,” kata Widi, selaku kordinator acara IFF.

Ada juga grup paduan suara mahasiswa China yang menyanyikan lagu Ayo Mama dari daerah Maluku, Tari Xinjiang yang dibawakan 6 mahasiswa asli Xinjiang China dan pertunjukan seni kaligrafi China atau Shufa.

Para pengunjung pun tampak sangat menikmati cita rasa masakan Indonesia sembari menyimak berbagai atraksi seni yang ditampilkan selama dua jam penuh.

Dan yang tak kalah menarik, pengunjung acara IFF bukan hanya orang China, tapi juga para mahasiswa asing dari berbagai negara di belahan Eropa, Afrika, mau pun Asia. “Saya sangat suka makanan ini,” kata Kunio, seorang mahasiswa dari Jepang, sambil menikmati semangkuk pecel.

Begitu juga komentar mereka terhadap atraksi budaya di atas panggung. “Pakaian tradisional Indonesia bagus-bagus,” kata Ibrahim, seorang mahasiswa dari Maroko mengomentari sesi peragaan busana yang menampilkan para mahasiswa China dengan pakaian-pakaian tradisional Indonesia.

Selama dua jam, pengunjung benar-benar dimanjakan dengan cita rasa indonesia yang mungkin agak sulit ditemui di Negeri Panda itu.

Acara ditutup tepat pukul 17.00 waktu setempat dengan penampilan Goyang Cesar yang diperagakan oleh Sri Widagdo dan diikuti oleh segenap panitia dan pengunjung acara IFF.

“Acara ini sangat penting untuk mempererat solidaritas sesama mahasiswa Indonesia, sekaligus meningkatkan kecintaan kita terhadap Tanah Air,” kata Tiffani Linardi, mahasiswi Indonesia yang datang dari kampus lain di Nanchang khusus untuk mengunjungi acara IFF. (Rifqi Hasibuan, Divisi Komunikasi dan Informatika Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok cabang Nanchang)

Terpal Untuk Bantuan Filipina

WASHINGTON, KOMPAS.com - Amerika Serikat mengirimkan gelombang bantuan ke Filipina, untuk korban topan dahsyat yang diperkirakan menelan korban jiwa sampai 10.000 orang. Gelombang bantuan itu pun dijanjikan akan terus ditambah bila masih dirasa kurang.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Minggu (10/11/2013), menyatakan Amerika memberi bantuan signifikan untuk Pemerintah Filipina dan upaya pemulihan di daerah terdampak bencana. "Pikiran dan doa kami bersama para korban yang terdampak badai menghancurkan ini," ujar dia.
Sebuah tim beranggotakan 90 marinir dan pelaut Amerika juga sudah diberangkatkan ke Filipina sebagai bagian dari gelombang pertama bantuan militer Amerika. Untuk membantu pencarian dan penyelamatan korban, militer AS dalam misi bantuan ini pun dilengkapi dengan pesawat.

Marinir Amerika mengatakan tim yang dikirim ke Filipina berasal dari Ekspedisi Brigade 3, yang berangkat dari Okinawa, Jepang. Bersama mereka disertakan dua pesawat angkut Hercules. 
Sementara itu, dua pesawat pengintai angkatan laut P-3 Orion yang berbasis di Florida dan telah ditempatkan selama 6 bulan di Misawa Jepang, telah diposisikan di Filipina untuk membantu pencarian dan penyelamatan.

Topan Haiyan yang juga dijuluki dengan nama "Yolanda" diperkirakan menewaskan sedikitnya 10.000 orang di Filipina Tengah. Sebagian besar kematian dalam serbuan topan ini diduga karena terjangan gelombang air laut yang dipenuhi puing, mirip tsunami yang menghancurkan rumah dan menenggelamkan para korban.

Bantuan lain

Bersamaan, kelompok bantuan di AS meluncurkan kampanye bantuan jutaan dollar AS. World Vision yang berbasis di Seattle mengatakan selimut dan terpal akan tiba pada Senin (11/11/2013), sebagai langkah pertama untuk membantu 400.000 korban di Filipina.
"Saat ini , kami fokus pada hal-hal yang menyelamatkan jiwa," kata Chris Palusky , direktur senior World Vision untuk urusan darurat. Dia mengatakan makanan, tempat tinggal, dan sanitasi merupakan hal-hal pertama yang dibutuhkan.

World Vision mengirimkan 5.000 selimut dan 3.000 terpal yang diterbangkan dari sebuah gudang di Jerman, untuk memberikan perlindungan sementara bagi para korban. Organisasi ini sudah melakukan kegiatan di Filipina sejak 1954 dengan 600 staf di sana.

Program pangan Dunia PBB mengatakan tengah memobilisasi program bantuan senilai 2 juta dollar AS atau Rp 22 miliar dari Dubai untuk Filipina. Di dalamnya tercakup biskuit berenergi tinggi.
AmeriCares, yang berbasis di Stamford, Connecticut, juga mengatakan telah mengirim tim bantuan di Filipina yang fokus pada distribusi pasokan bantuan. Termasuk dalam daftar distribusi segera adalah obat-obat antibiotik, penghilang rasa sakit, perlengkapan perawatan luka, dan bantuan medis lain untuk kapasitas 20.000 korban.
CARE, yang berbasis di Atlanta , mengatakan bertujuan untuk membantu 30.000 keluarga dengan darurat dan bantuan jangka panjang. Kelompok AS, termasuk CARE, Save the Children, dan Palang Merah Amerika, membuka saluran donasi uang tunai melalui internet. Worls Vision memasang target terkumpul donasi 3 juta dollar AS dari Amerika dan total 20 juta dollar dari seluruh dunia.Palang Merah Amerika, yang berkantor pusat di Washington, mengirimkan unit telekomunikasi dan berdasarkan peraturan-perundangan setempat mengaktifkan layanan pelacakan keluarga untuk kerabat warga Amerika di Filipina.

Senin, 18 November 2013

PBB Uji Coba Tenda Baru

Kamp pengungsi biasanya berupa kota tenda. PBB kini mencari alternatif lain. Tenda-tenda umumnya tidak tahan lama. Di Ethiopia kini dicoba penggunaan pondok darurat.


Kenampakan kamp pengungsi yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa, sejak beberapa dasawarsa amat khas. Ditandai dengan tenda-tenda berwarna putih yang kelihatan kumuh dan kadang sudah sobek.

Biasanya tenda semacam itu hanya tahan enam bulan, tergantung tiupan angin, intensitas sinar matahari atau buruknya cuaca. Rocco Nuri, jurubicara tim inovasi Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, UNHCR, mengatakan, tenda tersebut dibuat untuk kasus darurat.

Bila lampu dinyalakan malam hari, bayangan penghuninya terlihat. "Banyak pengungsi merasa terganggu karena itu", ujar Nuri kepada DW. Selain itu, tenda panas sekali di musim panas dan di musim dingin terlalu dingin. Tenda ini dibuat untuk pemakaian jangka pendek. Namun tidak jarang terdapat pengungsi yang tinggal bertahun-tahun di dalamnya.

Pondok darurat

Karena itu, setelah menjalani tiga tahun masa pengembangan, tenda yang lebih kuat dan lebih mirip sebuah pondok darurat kini diuji coba. Pondok ini dibuat di bawah pimpinan organisasi Swedia "Refugee Housing Unit".

Yayasan Ikea mendanai proyek ini dengan sumbangan sebesar 3,4 juta Euro. Jadi, tidaklah kebetulan bila prinsip bangunan pondok tersebut menyerupai sistem "knock down" lemari dan rak-rak buatan perusahaan mebel raksasa Swedia Ikea.

Akhir Juni, UNHCR mengirimkan pondok yang bobot per unitnya sekitar 100 kilogram, ke selatan Ethiopia, wilayah Dolo Ado. Kamp yang dihuni sekitar 190.000 pengungsi itu terutama menampung pengungsi dari negara tetangganya Somalia.

Paket-paket yang berisikan bagian-bagian untuk sebuah pondok, dapat diangkat oleh dua orang. Isinya berupa dinding-dinding yang terbuat dari plastik lentur. Sementara tiang-tiang metal, kawat dan bagian penyambung dimasukkan ke sebuah tas khusus. Untuk membangunnya tidak diperlukan alat ekstra.

Bantuan Asing, Konsep Asing

Dirk Donath, profesor ilmu Arsitektur di Universitas Weimar, Jerman, memuji konsepnya, karena lebih kuat dari tenda. Namun dia mengkritiknya, karena pondok berbingkai metal itu asing bagi warga setempat. Jadi akan bermasalah dalam penggunaannya.

Donath saat ini ditugaskan selama lima tahun di Addis Abeba University untuk menangani proyek perumahan di kota-kota Ethiopia. Fokus utamanya adalah perumahan bagi rakyat yang tak mampu. Dia dan timnya juga ikut dalam proyek PBB itu dan mengajukan gagasan untuk menggunakan material lokal serta teknik dan pengetahuan setempat.

Konsep Alternatif yang Bermasalah

Namun, gagasan tersebut untuk sementara ini tidak direalisir. Dia menduga karena beberapa alasan, di antaranya bahwa material bangunan tradisional, seperti lempung, bambu dan semen tidak lagi dianggap modern oleh penduduk lokal.

Yang dilihat sebagai modern oleh penduduk lokal adalah kaca, plastik dan metal. Tapi di sisi lain, menurut pengalaman Donath, tidak semua pengungsi bersedia membantu membangun pondok yang sebetulnya untuk dihuni sendiri. Sementara yang lainnya menuntut upah tinggi untuk itu. Dan juga pengungsi Somalia tidak mau mengangkat meterial bangunan yang berat.

 Jadi, yang kini diuji coba di kamp pengungsi adalah pondok yang diharapkan tahan tiga tahun. Dan berkat sel surya, mendapat pasokan listrik mandiri. Cukup memberikan perlindungan dari cuaca buruk, lebih menawarkan ruang lingkup pribadi dan lebih mudah diperbaiki serta diperluas ketimbang tenda konvensional.

Rocco Nuri dari UNHCR optimis bahwa pondok ini akan disukai. Dan bila dihuni untuk jangka panjang, dengan harga 1000 Euro per unit, lebih murah ketimbang tenda putih dari kain. "Jika pondok itu ditolak secara meluas, kami akan melakukan perbaikan atau mencari penyelesaian lainnya", tambah Rocco. (www.dw.de)

Tenda peleton

Diguyur Hujan Deras, Tenda Jamaah di Arafah Tumbang

Hujan deras disertai angin kencang merobohkan tenda-tenda yang sudah didirikan di padang Arafah, Rabu (9/10) sore waktu Saudi.

Teknisi Daerah Kerja (Daker) Makkah Masutiyo Rojiun mengatakan, hujan dimulai pukul 14.30. Dimulai dengan rintik-rintik hujan yang kemudian dilanjutkan dengan angin ribut dan hujan deras. Hujan berangin ini berlangsung selama hampir dua jam.

Langit di sekitar Arafah, Mina, dan Muzdalifah diselimuti awan gelap pekat. Hujan yang terjadi di wilayah Aziziyah bahkan menimbulkan genangan air.

"Angin kencang itu merobohkan tenda-tenda jamaah," kata Masutiyo, Rabu malam. Dari yang dia amati, kebanyakan tenda roboh di Maktab 18, meski di maktab yang lain juga banyak tenda roboh. "Hampir seluruh tenda roboh."

Masalahnya, kata Masutiyo, sejumlah tenda sudah dipasang kabel listrik, pendingin ruangan, karpet, maupun kasur. Untuk membetulkan aliran listrik itu membutuhkan waktu sehari penuh.

Petugas haji Indonesia juga sudah mengirimkan mesin fotokopi, komputer, printer, sound system, dan logistik dapur seperti beras maupun minuman. "Kita sibuk mengamankan barang-barang itu," katanya.
"Karpet, kasur bisa diamankan karena masih terbungkus plastik, tapi kami jadinya repot banget," kata Masutiyo.

Untuk mendirikan kembali tenda-tenda tersebut, Masutiyo memperkirakan butuh waktu tiga hari. Puncak haji wukuf di Arafah masih lima hari ke depan. Kejadian serupa pernah terjadi pada 8 Zulhijah tahun 2011.
Hujan di Makkah tergolong langka. Berbeda dengan di Bogor atau Bandung yang hampir setiap hari hujan, di Makkah bisa dihitung dengan jari dalam setahun.

"Saya sudah 19 hari di Makkah, tapi baru sekali melihat hujan pas lagi di Aziziyah yang jalanannya sempat tergenang," kata Fikri Syaukani, pelaksana Media Center Haji. (REPUBLIKA.CO.ID)